The Berkshire Mall – Kain tradisional Indonesia memiliki kekayaan yang luar biasa dalam hal warna, motif, dan filosofi yang terkandung di dalamnya. Namun, di tengah derasnya globalisasi, produk fesyen modern yang lebih cenderung dipengaruhi tren luar negeri semakin mendominasi dunia mode Indonesia. Kondisi ini membuat banyak orang Indonesia, terutama generasi muda, mulai melupakan kekayaan budaya yang ada di dalam kain-kain tradisional Indonesia. Meski begitu, seorang wanita bernama Sondang Maria Pasaribu (52) tetap teguh mempertahankan dan memperkenalkan kain-kain tradisional Indonesia melalui bisnis fesyen yang ia rintis, yaitu Mejikuhibiniu Butik.
Mejikuhibiniu Butik adalah usaha yang mengusung konsep memadukan kain-kain tradisional Indonesia dengan produk fesyen yang modern dan kekinian. Sondang, yang berasal dari suku Batak, mengawali usahanya dengan menggabungkan kain-kain tradisional dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Ulos Batak, Songket Sumatera, Tenun NTT, dan Lurik Yogyakarta. Kecintaan Sondang terhadap kain-kain tradisional ini bermula sejak ia kecil. Ia merasa bahwa kain-kain tersebut bukan hanya sebuah materi tekstil, melainkan juga sarana untuk melestarikan budaya Indonesia.
“Mejikuhibiniu itu singkatan warna-warna Pelangi. Jadi sama seperti kain-kain Indonesia yang digunakan pada produk Mejikuhibiniu Butik, terdiri dari bermacam-macam warna, motif, bentuk, dan karakter,” jelas Sondang tentang makna nama Mejikuhibiniu Butik.
“Baca juga: 10 Oleh-oleh Khas Medan yang Populer, Bika Ambon dan Bolu Meranti Bukan Satu-satunya”
Pada tahun 2013, Sondang memulai usahanya dengan kain Ulos khas Sumatera Utara, yang kebetulan ia pinjam dari ibunya. Ia bereksperimen memadukan kain ulos tersebut dengan sebuah tas. Setelah selesai membuat tas pertama, ia merasa sangat puas dengan hasilnya dan membawanya ke berbagai acara. Keberhasilan produk pertamanya ini tidak lepas dari perhatian banyak orang yang memuji desain unik dan menarik. Banyak yang bertanya tentang di mana tas tersebut bisa dibeli, yang akhirnya membuatnya semakin yakin untuk serius menjalani bisnis ini.
“Waktu saya bawa ke acara, banyak yang puji, katanya lucu ada tas ulos gitu. Mereka juga pada bertanya beli di mana. Dari situ saya jelasin kalau buat sendiri, mereka juga banyak yang suruh saya jualin. Akhirnya saya mulai bikin agak banyak dan dijual,” cerita Sondang tentang awal mula perjalanannya.
Selain kain ulos, Sondang kemudian memperkenalkan kain-kain lain seperti lurik, tenun, dan songket. Ia melihat bahwa banyak produk fesyen di pasaran sudah menggabungkan kain batik, namun belum ada yang memadukan kain-kain tradisional lain seperti lurik dan songket. Inilah yang membuat Mejikuhibiniu Butik berbeda dengan produk fesyen lainnya.
“Simak juga: Mengenal Djoko Pekik: Seniman Idealis di Balik Karya “Berburu Celeng””
Sondang tidak hanya ingin melestarikan kain tradisional Indonesia, tetapi juga ingin memperkenalkan kain-kain tersebut kepada anak muda Indonesia dengan cara yang lebih modern dan kekinian. Oleh karena itu, ia menciptakan produk-produk fesyen yang menggabungkan kain tradisional ke dalam desain yang bisa digunakan untuk kegiatan sehari-hari, seperti hoodie, blazer, topi, hingga tas dan sepatu.
“Mejikuhibiniu memadukan kain-kain itu ke dalam fesyen yang kekinian, supaya anak-anak muda bisa dan mau pakai, contohnya ada hoodie, blazer, topi, masih banyak lagi,” ungkapnya. Produk-produk Mejikuhibiniu Butik dirancang untuk bisa dipakai dalam berbagai kesempatan, baik acara adat maupun kegiatan sehari-hari.
Untuk memulai usahanya, Sondang mengeluarkan modal sekitar Rp 10 juta, yang sebagian besar digunakan untuk membeli kain-kain tradisional yang memiliki harga cukup tinggi. Dengan kerja keras dan kegigihan, Sondang mulai mendapatkan hasil dari usahanya. Dalam sebulan, omzet yang ia terima bisa mencapai Rp 25-30 juta jika sedang ramai pameran atau bazar. Sedangkan, jika hanya mengandalkan penjualan online, omzetnya berkisar antara Rp 5-10 juta.
Namun, perjalanan usaha ini tidak selalu mulus. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Sondang adalah dalam proses produksi. Kain-kain tradisional memiliki karakteristik yang sangat berbeda dari bahan kain biasa, dan memadukannya dengan produk fesyen memerlukan keahlian khusus. Selain itu, sulitnya mencari perajin yang cocok untuk membuat produk-produk seperti yang ia inginkan juga menjadi kendala besar.
Sondang menyebutkan bahwa salah satu faktor yang sangat membantunya dalam mengembangkan Mejikuhibiniu Butik adalah berbagai bantuan yang diberikan oleh pemerintah. Program pemerintah yang mendorong penggunaan produk dalam negeri serta kebijakan untuk mendukung pelaku UMKM sangat membantu dalam memperkenalkan produk-produk lokal seperti Mejikuhibiniu Butik.
“Saya sangat terbantu dengan program yang sedang digalakkan pemerintah, yaitu seruan memakai produk-produk dalam negeri dan berbagai kebijakan lainnya. Selain itu, Kemenkop UKM juga sering mengajak saya untuk ikut serta dalam pameran-pameran,” ujar Sondang. Dengan adanya dukungan tersebut, Sondang merasa lebih percaya diri dalam menghadapi persaingan dengan produk fesyen luar negeri.
Salah satu tantangan yang dihadapi oleh Sondang dalam menjalankan usaha ini adalah rumitnya proses produksi. Sebagian besar produk Mejikuhibiniu Butik adalah produk handmade yang dibuat dengan tangan oleh perajin, dan menggunakan kain tradisional yang harganya cukup mahal. Oleh karena itu, harga produk Mejikuhibiniu Butik bervariasi, mulai dari Rp 300 ribu hingga Rp 550 ribu.
Namun, meskipun harga produk terasa mahal bagi sebagian orang, Sondang menegaskan bahwa ini adalah harga yang wajar mengingat kualitas kain dan proses pembuatan yang memerlukan waktu dan tenaga ekstra. Ia juga menargetkan produk-produk Mejikuhibiniu Butik untuk konsumen yang memahami dan menghargai nilai dari kain tradisional Indonesia.
Melalui perjuangannya ini, Sondang berharap semakin banyak orang yang bangga menggunakan produk-produk lokal dan lebih mengenal kekayaan budaya Indonesia melalui kain-kain tradisional yang diolah dengan desain modern.