The Berkshire Mall – Dampak family office pada investasi di Indonesia mulai menjadi perbincangan hangat setelah pemerintah merencanakan pembentukannya. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengungkapkan bahwa banyak keluarga kaya dari luar negeri tertarik untuk menempatkan kekayaan mereka di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah berupaya menciptakan kerangka yang memfasilitasi pendirian family office ini. Luhut mengklaim bahwa konsep yang dirancang telah menarik perhatian beberapa investor asing, yang diyakini dapat membawa dana besar masuk ke Indonesia, memberikan dampak positif bagi perekonomian dalam jangka panjang.
Menurut Luhut, tujuan utama pembentukan family office adalah untuk menciptakan peluang investasi dalam negeri, yang diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja dan merangsang pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya dana besar yang masuk dari investor asing, pemerintah berharap dapat mengembangkan berbagai sektor ekonomi yang membutuhkan suntikan modal. Family office ini diharapkan menjadi platform yang menghubungkan kekayaan global dengan proyek-proyek domestik yang dapat memberi manfaat jangka panjang bagi perekonomian Indonesia.
Luhut juga mengungkapkan bahwa beberapa investor asing telah menunjukkan minat terhadap inisiatif ini, dengan beberapa di antaranya bahkan sudah mendaftar untuk berpartisipasi. Dalam waktu dua hingga tiga minggu ke depan, pemerintah berencana mengungkapkan lebih lanjut mengenai investor yang tertarik. Hal ini menunjukkan optimisme pemerintah tentang potensi besar yang bisa digali melalui family office untuk Indonesia.
“Baca juga: YouTube Shopping Resmi Hadir di Indonesia: Kreator Kini Bisa Jualan Langsung!”
Namun, tidak semua pihak yakin bahwa family office akan membawa dampak besar terhadap investasi asing di Indonesia. Ronny P Sasmita, analis senior dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution, berpendapat bahwa family office bukanlah cara yang efektif untuk menarik investasi. Ia mengungkapkan bahwa selama ini, tidak ada negara yang mengandalkan family office sebagai instrumen utama untuk mendatangkan dana asing.
Menurut Ronny, meskipun family office bisa berdampak pada cadangan devisa karena uang asing yang dibawa ke Indonesia. Dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dalam jangka panjang tidak akan terlalu besar. Ia bahkan menyarankan bahwa investor yang tertarik kemungkinan besar hanya akan membangun properti wisata di Bali, seperti vila atau bungalow, yang lebih bersifat investasi di sektor pariwisata, bukan investasi besar yang mampu mendongkrak ekonomi nasional.
Selain itu, Ronny khawatir bahwa family office bisa disalahgunakan untuk pencucian uang, mengingat tingginya tingkat korupsi di Indonesia. Ia menilai bahwa adanya family office justru bisa memperburuk masalah tersebut dengan memberi peluang lebih bagi pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk memanfaatkan fasilitas ini.
Direktur Indonesia Development and Islamic Studies (IDEAS), Yusuf Wibisono, juga menyampaikan kritik terhadap rencana pemerintah mengenai family office. Menurutnya, kebijakan ini terlihat terburu-buru. Seperti upaya cepat untuk meningkatkan pasokan dolar AS di pasar valas domestik dan memperkuat nilai rupiah yang saat ini melemah. Yusuf menilai bahwa meskipun pembentukan family office dapat menarik investor asing dalam jumlah terbatas, regulasi yang dibutuhkan untuk mendukung keberlanjutan bisnis ini akan membutuhkan insentif fiskal besar, seperti pembebasan pajak, yang bisa berisiko mengurangi penerimaan pajak negara.
Yusuf juga mencatat bahwa Indonesia menghadapi persaingan ketat dari negara-negara yang sudah lama dikenal sebagai pusat family office. Seperti Singapura, Swiss, dan Hong Kong. Negara-negara tersebut sudah memiliki infrastruktur dan regulasi yang mendukung sektor ini. Sementara Indonesia masih harus bekerja keras membangun kerangka yang serupa agar bisa bersaing. Menurutnya, sebaiknya pemerintah fokus pada peningkatan penerimaan pajak dari individu kaya yang selama ini terhindar dari kewajiban pajak. Alih-alih bergantung pada family office sebagai solusi jangka pendek.
“Simak juga: Harga Tiket Pesawat Menurun Jelang Nataru: Apakah Masih Ada Pilihan di OTA?”
Secara keseluruhan, meskipun family office berpotensi mendatangkan dana asing, tantangan besar dalam hal regulasi dan infrastruktur tetap harus dihadapi. Pemerintah Indonesia harus memastikan bahwa regulasi yang diterapkan tidak hanya menarik bagi investor. Tetapi juga dapat mencegah potensi masalah hukum dan finansial yang mungkin timbul dari kehadiran family office di negara ini.